Saturday 3 August 2013

Bab 2 YESUS, SANG MUHAMMAD (Bagian 3 dari 3)

Abd al-Malik dan Hajjaj ibn Yusuf Memperkenalkan Islam

Dilihat dari terang ini, sebuah prasasti resmi dari tahun 693 (atau mungkin 702) ditemukan di sebuah jalan dekat Tiberias, tidak serta merta merujuk pada Islam yang telah terbentuk secara penuh, dengan nabinya Muhammad:

Demi nama Allah, Pengasih dan Penyayang [.]
Tiada Ilah lain melainkan Allah saja, Ia tidak memiliki Sharik [sekutu dalam menerima pemujaan]
Muhammad [Yang Terpuji] adalah utusan Allah
Sang Hamba Allah Abd al-Malik, Komandan kaum Percaya, memerintahkan
Pelurusan jalan gunung ini.
Ini dibuat oleh Yahya bn al-…
Di bulan Muharram di tahun tiga [dan 70 atau 80] [32]

Di sini mungkin tampak bahwa kita akhirnya bernapas dalam suasana penuh Islam, dengan penolakan syirik - yaitu, menempatkan sesuatu atau seseorang sejajar dengan Allah - dan proklamasi Muhammad sebagai nabi Allah. Tapi tulisan ini tidak benar-benar lebih spesifik daripada apa yang tertulis di Kubah Batu, yang bisa dikatakan bahwa hal itu hanya kompatibel dengan monoteisme samar Ibrahim ala Muawiyah daripada dengan ajaran tradisional Islam.

Baru di tahun 696, lima tahun setelah Kubah Batu didirikan, Kalifah Abd al-Malik mulai memerintahkan koin-koin dicetak tanpa gambar penguasa (selaras dengan pelarangan gambar dalam ajaran Islam) dan menyandang Syahadat, kalimat pengakuan iman Islam. [33]

Dengan demikian, adalah Abd al-Malik yang memproklamasikan Islam sebagai agama negara dari kekaisaran Ummayah – sebuah proklamasi yang benar-benar terlambat bagi sebuah kekaisaran yang dianggap telah terinspirasi oleh dan didirikan di atas ajaran Islam enam puluh tahun sebelumnya. [34] Sejarawan Robert G. Hoyland menyimpulkan bahwa “tindakan ini adalah wujud penekanan dari faksi-faksi pemberontak” yang membujuk Abd al-Malik dan para penggantinya “untuk memproklamasikan Islam secara publik sebagai basis ideologis dari Negara Arab.” [35]

Pada kenyataannya, seteru Abd al-Malik, Abdullah Ibn Az Zubair, yang telah melakukan revolusi menentang dinasti kalifah Ummayah dan sekarang mengontrol Arabia, Irak, dan Iran, telah memulai mencetak koin-koin yang memproklamasikan Muhammad sebagai nabi Allah di awal 685 – semacam proklamasi resmi. [36] Koin-koin itu menyandang tulisan: “Demi nama Allah, Muhammad utusan Allah (bismillah Muhammad rasul Allah).” [37] Hoyland menerangkan “Ini berarti bahwa pengakuan paling awal akan penegasan terhadap Islam justru datang dari pihak lawan. Ini bukanlah tidak mungkin. Bahwa revolusi yang dilakukan oleh Abdullah ibn Az-Zubair memiliki implikasi relijius ditegaskan oleh sebuah sumber Kristen sejaman, yang mengatakan tentang Az-Zubair bahwa ‘ia telah muncul keluar dari kecemburuan akan rumah Allah dan ia penuh denan ancaman terhadap kaum Barat, dengan mengklaim bahwa mereka adalah para pelanggar hukum.’” [38]

Abd al-Malik berusaha menyamai Ibn Az-Zubair dalam mencetak koin-koin yang menyandang tulisan Muhammad rasul Allah. Di tahun 696 sekutu Abd al-Malik, Hajjaj ibn Yusuf (w. 714) yang bertugas sebagai gubernur Irak setelah kematian Ibn Az-Zubair, memerintahkan pencetakan koin-koin yang berisikan teks penuh akan pengakuan iman Islam “bism Allah la ilah ila Allah wahdahu Muhammad rasul Allah (“Demi nama Allah, tiada Ilah lain selain Allah sendiri, Muhammad utusan Allah”) [39] (Teks ini berbeda dari kalimat syahadat umum, contohnya dengan menempatkan bismallah di depan.)

Bahkan ketika proklamasi semacam ini muncul di koin-koin, situasi tetap dalam perubahan yang sangat tak tentu: sebagian koin yang dicetak dalam era ini menyandang pengakuan iman, tetapi masih menggambarkan para penguasa, salah satunya menggambarkan para pemimpin dengan salib-salib di tangan mereka. [40]

Bagaimanapun juga, pemerintahan Abd al-Malik menandai sebuah titik balik sangat penting. Pemerintahannya juga menyaksikan rujukan-rujukan pertama oleh para non-muslim yang tadinya penakluk Arab ini dirujuk sebagai “Hagarian,”, “kaum Ismael”, dan “Saraken” sekarang menjadi “Muslim” dan perujukan pada Qur’an itu sendiri. Sebelumnya tidak ada hal yang sedemikian ini tercatat selama enam puluh atau tujuh puluh tahun setelah penaklukan oleh bangsa Arab dimulai.

Apakah Abd al-Malik pada dasarnya menciptakan Islam, atau mulai berinvestasi dengan rincian tentang Muhammad dan ajarannya, untuk menyatukan dan memperkuat kerajaannya? Koin Muhammad yang Ibn Az-Zubair cetak membuat  tidak mungkin bahwa Abd al-Malik memulai gagasan nabi Islam. Namun ada kemungkinan bahwa ia mengambil alih dan memperluas mitos Muhammad yang baru lahir ini untuk tujuan politiknya sendiri.

Ada petunjuk yang merujuk pada hal ini. Banyak dari apa yang kita ketahui tentang Islam dapat ditelusuri ke pemerintahan Abd al-Malik. Menurut sebuah hadis yang dilaporkan oleh cendikia Islam as-Suyuti (w. 1505) dan cendikia lainnya, sang Khalifah sendiri menyatakan, "Aku telah mengumpulkan Qur'an (jama'tul-Qur'ana)." [41] Laporan ini muncul sangat terlambat, dan itu bertentangan dengan tradisi mapan yang mengisahkan  bahwa Khalifah Utsman, yang memerintah 644-656, mengumpulkan dan memberi standar teks Al-Qur'an. Namun sukar untuk dijelaskan mengapa hadis ini diciptakan begitu terlambat kecuali karena ia mengandung setitik kebenaran akan otentisitasnya. Hadis-hadis lain mengembalikan klaim bahwa Qur’an telah lengkap selama pemerintahan Abd al-Malik. Beberapa tradisi menegaskan bahwa Hajjaj menambahkan begitu banyak tanda diakritik terhadap teks inti Qur’an, yang memungkinkan untuk pertama kalinya Qur’an dibaca tanpa keraguan- dan, tidak menutup kemungkinan, menancapkan karakter-karakter Islam ke dalam teks tersebut. [42] Menurut satu hadis, ahli hukum Malik Ibnu Anas (w.795)  ingat bahwa "pembacaan mushaf itu" - yaitu, sebuah naskah kuno Al Qur'an-" di Masjid itu tidak dilakukan oleh orang-orang di masa lalu. Adalah Hajjaj b.Yusuf yang pertama kali melembagakannya." [43]

Menariknya, seorang cendikia Hadis di abad 15, Ibnu Hajar (1372 - 1448) mencatat bahwa “Hajjaj memiliki bahasa Arab murni, ia cakap dan berpengetahuan dalam hukum,’ dan ia katakan bahwa “ketaatan pada Kalifah dalam tuntutan tiap harinya adalah kewajiban bagi rakyat.” [44] Adalah mencengangkan bahwa enam abad setelah Hajaj hidup, “bahasa Arab murni” nya hanya ada dalam ingatan komunitas Islam belaka. 

Sebuah bahasa Arab yang murni akan berguna untuk menulis atau mengedit naskah-naskah Arabik demi ketaatan kepada Kalifah dan kesatuan politik dari kekaisarannya. Dan untuk alasan-alasan ini kita  akan selidiki di sepanjang buku ini, mungkin memang benar bahwa Qur’an perlu di Arabkan.

Pemerintahan Umayyah semasa Abd al-Malik dan para penggantinya mulai mengembangkan hadis-hadis tentang Muhammad dan mengedit dan menambah teks-teks Qur’an  untuk menopang praktek-praktek dan posisi politik mereka – sebuah praktek yang para musuh kaum Ummayah, yakni kaum Abbasiyah, secara cerdik kerjakan ketika mereka menggantikan Ummayah di tahun 750.

Jika Abd al-Malik mendirikan agama Islam untuk tujuan-tujuan politik, maka ketiadaan penyebutan Muhammad, Islam, dan Qur’an sebelum-sebelumnya di semua lini  dapat dipahami dengan mudah: Tidak ada rujukan kepada semua ini sebab Muhammad, Islam dan Qur’an belum ada saat itu, atau memang ada tapi dalam tahap yang belum lengkap.

Bukti lebih jauh bahwa Islam merupakan agama yang dikembangkan baru selama pemerintahan Abd al-Malik dapat dilihat dalam fakta bahwa idea-idea ini tidak mengakar secara tiba-tiba. Bahkan setelah Abd al-Malik dan Hajja ibnu Yusuf mengerjakan karya ciptaan mereka ini, pernyataan-pernyataan resmi dari pemerintahan Ummayah yang masih terpelihara tidaklah bulat atau jelas bersifat Islami. Qasr Kharana, sebuah istana padang gurun yang pengganti Abd al-Malik, Walid I (705-715) bangun di Jordan Timur menyandang prasasti ini:

Allahumma [translasi bahasa Arab dari bahasa Ibrani – Elohim yang berarti Allah] sayangilah Abd al-Malik ibnu Umar [bukan Abd al-Malik sang Kalifah yang adalah anak Marwan] dan maafkanlah pelanggaran-pelanggarannya, yang dahulu dan yang akan datang, yang tersembunyi dan yang terbuka;
Tiada darinya yang melayakkan dia kepada Mu tetapi Engkau mengampuninya dan merahmatinya
jika ia percaya. Aku percaya pada Tuhanku. Maka dari itu limpahkan atasku manfaatMu.
Sebab Engkaulah Yang Dermawan, kasihanilah aku, sebab engkau maha penyayang. Ya Allah segala ciptaan, Tuhannya Musa dan Harun, semoga Allah mengasihani ia yang membaca ini dan katakan Amin, Amin, Tuhan segala ciptaan, Yang Maha Kuat! Abd al Malik bn [sic] Umar menulis [nya]  di hari Senin, tiga [malam] sisa dari Muharram tahun dua dan Sembilan puluh [maksudnya tahun 92 H atau 710 M]. [Disaksikan oleh] Lam bn [sic] Harun. Dan memimpin kita sehingga kita bertemu dengan nabinya dan nabinya di dunia ini dan yang akan datang. [45]

Tuhan adalah Tuhannya Musa dan Harun. Tidak ada penyebutan yang dibuat untuk Muhammad. Ini adalah suatu pengurangan yang janggal, kecuali nabi Muhammad yang baru diciptakan ini belum cukup mapan dalam pikiran rakyat untuk memfigurkan penyebutan semacam itu bersama-sama dengan Musa dan Harun

Namun ketenaran ini akan segera beralih pada sang nabi peperangan Arab. Pada tahun 735 sebuah prasasti lain mengkhianati sensibilitas relijius yang sangat berbeda :

Demi nama Allah, Pengasih, Penyayang
Allah! Ampunilah! Hasan bn [sic – nampaknya seperti huruf] Masysarah
Dan kedua orang tuanya dan keturunan mereka
Amen Tuhan dari Muhammad dan Ibrahim
Allah! Ingatlah perbuatanku lewat jihad agung
dan terimalah pengasihanku sebagai syuhada karenaMu
dan Hasan menulis (nya) di hari Selasa
tanggal 22 [sic] di bulan Rabiy’ al-Awwal, dimana
meninggal
Banu Ha[t]im semoga Allah mengasihani mereka semua
Dan ini di tahun 117 [setara dengan tahun 735 M] [46]
Sejak saat inilah kisah-kisah heroik dan tindakan yang menjadi panutan dari Muhammad, sang nabi Islam, mulai berkembang dalam secara luas di masyarakat. Ia telah menjadi figur yang kepadanya keimanan dapat diidentifikasikan – seseorang yang mereka rasa mereka kenal.   

Keakraban ini adalah produk dari sebuah industri rejim yang luar biasa, pertama-tama diantara dinasti Ummayah dan kemudian diantara kaum Abbasiyah, yang tanpa malu-malu mengarang-ngarang materi tentang apa yang Muhammad ucapkan dan lakukan.






Catatan:

1 X represents the Arabic letter , a guttural kh sound.
2 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 409.
3 Contrast this with an inscription on a mosque in Medina, dating from the year 752 (quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 421):
In the name of Allah, the Merciful, the Compassionate! There is no God but Allah alone, He has no sarik [companion in worship].
Muhammad is the servant of Allah and His messenger. He it is who sent His messenger with the Guidance and the religion of Truth, to make it victorious over every other religion, even in the face of the musrikun's [polytheists'] dislike and hatred!
The Servant of God, Commander of the Faithful, has ordered to fear Allah and to obey Him which is to act according to Allah's kitab [book] and the sunnah [accepted practice] of the Prophet…
4 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 411.
5 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 250.
6 Clive Foss, Arab-Byzantine Coins: An Introduction, with a Catalogue of the Dumbarton Oaks Collection (Washington, DC:
Dumbarton Oaks Research Library and Collection, 2008), 34.
7 Ibid.
8 A hadith narrated by Abu Huraira tells us:
“Allah's Apostle said, ‘By Him in Whose Hands my soul is, surely the son of Maryam
(Mary) Iesa (Jesus) will shortly descend amongst you people (Muslims) and will judge mankind justly by the Law of the Qur'an (as a just ruler) and will break the cross and kill the pig and abolish the Jizya (a tax taken from the non-Muslims, who are in the protection of the
Muslim government). This Jizya tax will not be accepted by Iesa (Jesus). Then there will be abundance of money and nobody will accept charitable gifts.’” Quoted in Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari: The Translation of the Meanings, trans.
Muhammad M. Khan (Riyadh: Darussalam, 1997), vol. 3, book 34, no. 2222.
9 Ahmed ibn Naqib al-Misri, Reliance of the Traveller (‘Umdat as-Salik): A Classic Manual of Islamic Sacred Law , trans. Nuh Ha Mim Keller (Beltsville, MD: Amana Publications, 1999), 011.5(6).
10 For more on this from a different perspective, see Donner, Muhammad and the Believers.
11 Volker Popp, “The Early History of Islam, Following Inscriptional and Numismatic Testimony,” in Karl-Heinz Ohlig and Gerd-R.
Puin, eds., The Hidden Origins of Islam (Amherst, NY: Prometheus, 2010), 55.
12 Popp, “The Early History of Islam,” 113.
13 Ibid., 55, 56.
14 Ibid., 55.
15 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 265–66. The translation of the Qur'anic texts here is that of Nevo and Koren.
16 Ibn Ishaq, The Life of Muhammad: A Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah, trans. Alfred Guillaume (Oxford: Oxford University Press, 1955), 104; Ibn Warraq, Virgins? What Virgins? And Other Essays (Amherst, NY: Prometheus, 2010), 50.
17 Alfred Guillaume, “The Version of the Gospels Used in Medina Circa 700 A.D.,” Al-Andalus 15 (1950): 289–96 (quoted in Ibn Warraq, Virgins?, 50).
18 Foss, Arab-Byzantine Coins, 34.
19 Ibid., 47.
20 See Donner, Muhammad and the Believers.
21 Popp, “The Early History of Islam,” 34–36.
22 Foss, Arab-Byzantine Coins, 118.
23 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 377.
24 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 383.
25 Yazid was famous as a falconer, and the ruler on this coin is depicted with a bird on his wrist. Foss, Arab-Byzantine Coins, 48.
26 See Christoph Luxenberg, “A New Interpretation of the Arabic Inscription in Jerusalem's Dome of the Rock,” in Ohlig and Puin,
The Hidden Origins of Islam.
27 Estelle Whelan, “Forgotten Witness: Evidence for the Early Codification of the Qur'an,” Journal of the American Oriental Society, 118 (1998): 1–14, reprinted at http://www.islamic-awareness.org/History/Islam/Dome_Of_The_Rock/Estwitness.html. The bracketed material is in the translation of the inscription as Whelan published it and has not been added by the present author. For more on the Dome of the Rock inscription, see Oleg Grabar, The Dome of the Rock (Cambridge, MA: Harvard University Press, 2006), and Donner, Muhammad and the Believers. The Qur'an quotations are as in Whelan's translation.
28 Whelan, “Forgotten Witness,” reprinted at http://www.islamicawareness.
org/History/Islam/Dome_Of_The_Rock/Estwitness.html.
29 Luxenberg, “A New Interpretation,” 130.
30 Ibid., 128–29.
31 See Karl-Heinz Ohlig, “Syrian and Arabian Christianity and the Qur'an,” in Ohlig and Puin, The Hidden Origins of Islam, 361–402.
32 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 411.
33 Foss, Arab-Byzantine Coins, 59.
34 Ibid., 110.
35 Hoyland, Seeing Islam, 553.
36 Foss, Arab-Byzantine Coins, 60.
37 Hoyland, Seeing Islam, 551.
38 John bar Penkaye, Ktaba d-rish melle, 155/183, in Sebastian P. Brock, trans., “North Mesopotamia in the Late Seventh Century:
Book XV of John bar Penkaye's Ris Melle,” Jerusalem Studies in Arabic and Islam 9 (1987), 64 (quoted in Hoyland, Seeing Islam, 552).
39 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 250–51.
40 Foss, Arab-Byzantine Coins, 63, 65.
41 Mingana, “The Transmission of the Koran,” 102–3.
42 Fred M. Donner, “The Qur'an in Recent Scholarship,” in Gabriel Said Reynolds, ed., The Qur'an in Its Historical Context (New York: Routledge, 2008), 35–36.
43 Ali al-Samhudi, Wafa al-Wafa bi-akhbar dar al-Mustafa , ed. Muhammad Muhyi I-Din Abd al-Hamid (Cairo, 1955; repr. Beyrouth: Dar al-Kutub al-Ilmiyya, 1984), 4 parts in 3 vols. (quoted in Alfred-Louis de PrĂ©mare, “‘Abd al-Malik b. Marwan and the Process of the Qur'an's Composition,” in Ohlig and Puin, The Hidden Origins of Islam, 205).
44 Ibn Hajar, Tahdhib, 2:185n388 (quoted in PrĂ©mare, “Abd al-Malik b. Marwan,” 199).
45 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 387, 389.

46 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 397.