Abd al-Malik dan Hajjaj ibn Yusuf
Memperkenalkan Islam
Dilihat dari terang ini, sebuah prasasti resmi dari tahun 693
(atau mungkin 702) ditemukan di sebuah jalan dekat Tiberias, tidak serta merta
merujuk pada Islam yang telah terbentuk secara penuh, dengan nabinya Muhammad:
Demi nama Allah, Pengasih dan Penyayang [.]
Tiada Ilah lain melainkan Allah saja, Ia tidak memiliki Sharik
[sekutu dalam menerima pemujaan]
Muhammad [Yang Terpuji] adalah utusan Allah
Sang Hamba Allah Abd al-Malik, Komandan kaum Percaya,
memerintahkan
Pelurusan jalan gunung ini.
Ini dibuat oleh Yahya bn al-…
Di bulan Muharram di tahun tiga [dan 70 atau 80] [32]
Di sini mungkin tampak bahwa kita akhirnya bernapas dalam suasana
penuh Islam, dengan penolakan syirik - yaitu, menempatkan sesuatu atau
seseorang sejajar dengan Allah - dan proklamasi Muhammad sebagai nabi Allah.
Tapi tulisan ini tidak benar-benar lebih spesifik daripada apa yang tertulis di
Kubah Batu, yang bisa dikatakan bahwa hal itu hanya kompatibel dengan
monoteisme samar Ibrahim ala Muawiyah daripada dengan ajaran tradisional Islam.
Baru di tahun 696, lima tahun setelah Kubah Batu didirikan,
Kalifah Abd al-Malik mulai memerintahkan koin-koin dicetak tanpa gambar
penguasa (selaras dengan pelarangan gambar dalam ajaran Islam) dan menyandang
Syahadat, kalimat pengakuan iman Islam. [33]
Dengan demikian, adalah Abd al-Malik yang memproklamasikan Islam
sebagai agama negara dari kekaisaran Ummayah – sebuah proklamasi yang
benar-benar terlambat bagi sebuah kekaisaran yang dianggap telah terinspirasi
oleh dan didirikan di atas ajaran Islam enam puluh tahun sebelumnya. [34] Sejarawan Robert G. Hoyland menyimpulkan bahwa “tindakan ini
adalah wujud penekanan dari faksi-faksi pemberontak” yang membujuk Abd al-Malik
dan para penggantinya “untuk memproklamasikan Islam secara publik sebagai basis
ideologis dari Negara Arab.” [35]
Pada kenyataannya, seteru Abd al-Malik, Abdullah Ibn Az Zubair,
yang telah melakukan revolusi menentang dinasti kalifah Ummayah dan sekarang
mengontrol Arabia, Irak, dan Iran, telah memulai mencetak koin-koin yang
memproklamasikan Muhammad sebagai nabi Allah di awal 685 – semacam proklamasi
resmi. [36] Koin-koin itu menyandang tulisan: “Demi nama
Allah, Muhammad utusan Allah (bismillah Muhammad rasul Allah).” [37] Hoyland menerangkan “Ini berarti bahwa pengakuan paling awal akan
penegasan terhadap Islam justru datang dari pihak lawan. Ini bukanlah tidak
mungkin. Bahwa revolusi yang dilakukan oleh Abdullah ibn Az-Zubair memiliki
implikasi relijius ditegaskan oleh sebuah sumber Kristen sejaman, yang mengatakan
tentang Az-Zubair bahwa ‘ia telah muncul keluar dari kecemburuan akan rumah
Allah dan ia penuh denan ancaman terhadap kaum Barat, dengan mengklaim bahwa
mereka adalah para pelanggar hukum.’” [38]
Abd al-Malik berusaha menyamai Ibn Az-Zubair dalam mencetak
koin-koin yang menyandang tulisan Muhammad
rasul Allah. Di tahun 696 sekutu Abd al-Malik, Hajjaj ibn Yusuf (w. 714)
yang bertugas sebagai gubernur Irak setelah kematian Ibn Az-Zubair,
memerintahkan pencetakan koin-koin yang berisikan teks penuh akan pengakuan
iman Islam “bism Allah la ilah
ila Allah wahdahu Muhammad rasul Allah (“Demi nama Allah, tiada Ilah lain selain Allah sendiri, Muhammad
utusan Allah”) [39] (Teks ini berbeda dari kalimat syahadat umum,
contohnya dengan menempatkan bismallah di depan.)
Bahkan
ketika proklamasi semacam ini muncul di koin-koin, situasi tetap dalam
perubahan yang sangat tak tentu: sebagian koin yang dicetak dalam era ini
menyandang pengakuan iman, tetapi masih menggambarkan para penguasa, salah
satunya menggambarkan para pemimpin dengan salib-salib di tangan mereka. [40]
Bagaimanapun
juga, pemerintahan Abd al-Malik menandai sebuah titik balik sangat penting.
Pemerintahannya juga menyaksikan rujukan-rujukan pertama oleh para non-muslim
yang tadinya penakluk Arab ini dirujuk sebagai “Hagarian,”, “kaum Ismael”, dan
“Saraken” sekarang menjadi “Muslim” dan perujukan pada Qur’an itu sendiri.
Sebelumnya tidak ada hal yang sedemikian ini tercatat selama enam puluh atau tujuh
puluh tahun setelah penaklukan oleh bangsa Arab dimulai.
Apakah Abd al-Malik pada dasarnya menciptakan Islam, atau mulai
berinvestasi dengan rincian tentang Muhammad dan ajarannya, untuk menyatukan
dan memperkuat kerajaannya? Koin Muhammad yang Ibn Az-Zubair cetak membuat tidak mungkin bahwa Abd al-Malik memulai gagasan
nabi Islam. Namun ada kemungkinan bahwa ia mengambil alih dan memperluas mitos
Muhammad yang baru lahir ini untuk tujuan politiknya sendiri.
Ada petunjuk yang merujuk pada hal ini. Banyak dari apa yang kita
ketahui tentang Islam dapat ditelusuri ke pemerintahan Abd al-Malik. Menurut
sebuah hadis yang dilaporkan oleh cendikia Islam as-Suyuti (w. 1505) dan cendikia
lainnya, sang Khalifah sendiri menyatakan, "Aku telah mengumpulkan Qur'an
(jama'tul-Qur'ana)." [41] Laporan ini muncul sangat terlambat, dan itu bertentangan
dengan tradisi mapan yang mengisahkan bahwa Khalifah Utsman, yang memerintah
644-656, mengumpulkan dan memberi standar teks Al-Qur'an. Namun sukar untuk
dijelaskan mengapa hadis ini diciptakan begitu terlambat kecuali karena ia
mengandung setitik kebenaran akan otentisitasnya. Hadis-hadis lain
mengembalikan klaim bahwa Qur’an telah lengkap selama pemerintahan Abd
al-Malik. Beberapa tradisi menegaskan bahwa Hajjaj menambahkan begitu banyak
tanda diakritik terhadap teks inti Qur’an, yang memungkinkan untuk pertama
kalinya Qur’an dibaca tanpa keraguan- dan, tidak menutup kemungkinan,
menancapkan karakter-karakter Islam ke dalam teks tersebut. [42] Menurut
satu hadis, ahli hukum Malik Ibnu Anas (w.795)
ingat bahwa "pembacaan mushaf itu" - yaitu, sebuah naskah kuno
Al Qur'an-" di Masjid itu tidak dilakukan oleh orang-orang di masa lalu. Adalah
Hajjaj b.Yusuf yang pertama kali melembagakannya." [43]
Menariknya, seorang cendikia Hadis di abad 15, Ibnu Hajar (1372 -
1448) mencatat bahwa “Hajjaj memiliki bahasa Arab murni, ia cakap dan
berpengetahuan dalam hukum,’ dan ia katakan bahwa “ketaatan pada Kalifah dalam
tuntutan tiap harinya adalah kewajiban bagi rakyat.” [44] Adalah mencengangkan bahwa enam abad setelah Hajaj hidup, “bahasa
Arab murni” nya hanya ada dalam ingatan komunitas Islam belaka.
Sebuah
bahasa Arab yang murni akan berguna untuk menulis atau mengedit naskah-naskah
Arabik demi ketaatan kepada Kalifah dan kesatuan politik dari kekaisarannya.
Dan untuk alasan-alasan ini kita akan
selidiki di sepanjang buku ini, mungkin memang benar bahwa Qur’an perlu di
Arabkan.
Pemerintahan
Umayyah semasa Abd al-Malik dan para penggantinya mulai mengembangkan
hadis-hadis tentang Muhammad dan mengedit dan menambah teks-teks Qur’an untuk menopang praktek-praktek dan posisi
politik mereka – sebuah praktek yang para musuh kaum Ummayah, yakni kaum
Abbasiyah, secara cerdik kerjakan ketika mereka menggantikan Ummayah di tahun
750.
Jika
Abd al-Malik mendirikan agama Islam untuk tujuan-tujuan politik, maka ketiadaan
penyebutan Muhammad, Islam, dan Qur’an sebelum-sebelumnya di semua lini dapat dipahami dengan mudah: Tidak ada
rujukan kepada semua ini sebab Muhammad, Islam dan Qur’an belum ada saat itu,
atau memang ada tapi dalam tahap yang belum lengkap.
Bukti
lebih jauh bahwa Islam merupakan agama yang dikembangkan baru selama
pemerintahan Abd al-Malik dapat dilihat dalam fakta bahwa idea-idea ini tidak
mengakar secara tiba-tiba. Bahkan setelah Abd al-Malik dan Hajja ibnu Yusuf
mengerjakan karya ciptaan mereka ini, pernyataan-pernyataan resmi dari
pemerintahan Ummayah yang masih terpelihara tidaklah bulat atau jelas bersifat
Islami. Qasr Kharana, sebuah istana padang gurun yang pengganti Abd al-Malik,
Walid I (705-715) bangun di Jordan Timur menyandang prasasti ini:
Allahumma [translasi bahasa Arab dari bahasa Ibrani – Elohim yang berarti Allah] sayangilah
Abd al-Malik ibnu Umar [bukan Abd al-Malik sang Kalifah yang adalah anak
Marwan] dan maafkanlah pelanggaran-pelanggarannya, yang dahulu dan yang akan
datang, yang tersembunyi dan yang terbuka;
Tiada darinya yang melayakkan dia kepada Mu tetapi Engkau
mengampuninya dan merahmatinya
jika ia percaya. Aku percaya pada Tuhanku. Maka dari itu limpahkan
atasku manfaatMu.
Sebab Engkaulah Yang Dermawan, kasihanilah aku, sebab engkau maha
penyayang. Ya Allah segala ciptaan, Tuhannya Musa dan Harun, semoga Allah
mengasihani ia yang membaca ini dan katakan Amin, Amin, Tuhan segala ciptaan,
Yang Maha Kuat! Abd al Malik bn [sic] Umar menulis [nya] di hari Senin, tiga [malam] sisa dari
Muharram tahun dua dan Sembilan puluh [maksudnya tahun 92 H atau 710 M].
[Disaksikan oleh] Lam bn [sic] Harun. Dan memimpin kita sehingga kita bertemu
dengan nabinya dan nabinya di dunia ini dan yang akan datang. [45]
Tuhan
adalah Tuhannya Musa dan Harun. Tidak ada penyebutan yang dibuat untuk
Muhammad. Ini adalah suatu pengurangan yang janggal, kecuali nabi Muhammad yang
baru diciptakan ini belum cukup mapan dalam pikiran rakyat untuk memfigurkan
penyebutan semacam itu bersama-sama dengan Musa dan Harun
Namun
ketenaran ini akan segera beralih pada sang nabi peperangan Arab. Pada tahun
735 sebuah prasasti lain mengkhianati sensibilitas relijius yang sangat berbeda
:
Demi nama Allah,
Pengasih, Penyayang
Allah! Ampunilah!
Hasan bn [sic – nampaknya seperti huruf] Masysarah
Dan kedua orang
tuanya dan keturunan mereka
Amen Tuhan dari
Muhammad dan Ibrahim
Allah! Ingatlah
perbuatanku lewat jihad agung
dan terimalah
pengasihanku sebagai syuhada karenaMu
dan Hasan menulis
(nya) di hari Selasa
tanggal 22 [sic] di
bulan Rabiy’ al-Awwal, dimana
meninggal
Banu Ha[t]im semoga
Allah mengasihani mereka semua
Dan ini di tahun 117
[setara dengan tahun 735 M] [46]
Sejak
saat inilah kisah-kisah heroik dan tindakan yang menjadi panutan dari Muhammad,
sang nabi Islam, mulai berkembang dalam secara luas di masyarakat. Ia telah menjadi
figur yang kepadanya keimanan dapat diidentifikasikan – seseorang yang mereka
rasa mereka kenal.
Keakraban
ini adalah produk dari sebuah industri rejim yang luar biasa, pertama-tama
diantara dinasti Ummayah dan kemudian diantara kaum Abbasiyah, yang tanpa
malu-malu mengarang-ngarang materi tentang apa yang Muhammad ucapkan dan
lakukan.
Catatan:
1 X represents the Arabic letter , a guttural kh sound.
2 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 409.
3 Contrast this with an
inscription on a mosque in Medina, dating from the year 752 (quoted in Nevo and
Koren, Crossroads to Islam, 421):
In the name of Allah, the Merciful, the Compassionate! There is no
God but Allah alone, He has no sarik [companion in worship].
Muhammad is the servant of Allah and His messenger. He it is who
sent His messenger with the Guidance and the religion of Truth, to make it
victorious over every other religion, even in the face of the musrikun's [polytheists'] dislike and hatred!
The Servant of God, Commander of the Faithful, has ordered to fear
Allah and to obey Him which is to act according to Allah's kitab [book] and the
sunnah [accepted practice] of the Prophet…
4 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 411.
5 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 250.
6 Clive Foss, Arab-Byzantine Coins: An Introduction,
with a Catalogue of the Dumbarton Oaks Collection (Washington, DC:
Dumbarton Oaks Research Library and Collection, 2008), 34.
7 Ibid.
8 A hadith narrated by Abu
Huraira tells us:
“Allah's Apostle said, ‘By Him in Whose Hands my soul is, surely
the son of Maryam
(Mary) Iesa (Jesus) will shortly descend amongst you people
(Muslims) and will judge mankind justly by the Law of the Qur'an (as a just ruler)
and will break the cross and kill the pig and abolish the Jizya (a tax taken from the non-Muslims, who are in the protection of
the
Muslim government). This Jizya tax will not be accepted by Iesa
(Jesus). Then there will be abundance of money and nobody will accept charitable
gifts.’” Quoted in Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Sahih al-Bukhari: The Translation of the
Meanings, trans.
Muhammad M. Khan (Riyadh: Darussalam, 1997), vol. 3, book 34, no.
2222.
9 Ahmed ibn Naqib al-Misri, Reliance of the Traveller (‘Umdat
as-Salik): A Classic Manual of Islamic Sacred Law , trans. Nuh Ha Mim Keller (Beltsville, MD:
Amana Publications, 1999), 011.5(6).
10 For more on this from a
different perspective, see Donner, Muhammad and the Believers.
11 Volker Popp, “The Early
History of Islam, Following Inscriptional and Numismatic Testimony,” in
Karl-Heinz Ohlig and Gerd-R.
Puin, eds., The Hidden Origins of Islam (Amherst, NY: Prometheus, 2010), 55.
12 Popp, “The Early History of
Islam,” 113.
13 Ibid., 55, 56.
14 Ibid., 55.
15 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 265–66. The translation of the Qur'anic texts
here is that of Nevo and Koren.
16 Ibn Ishaq, The Life of Muhammad: A Translation of
Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah, trans. Alfred Guillaume (Oxford: Oxford University Press, 1955),
104; Ibn Warraq, Virgins? What
Virgins? And Other Essays (Amherst,
NY: Prometheus, 2010), 50.
17 Alfred Guillaume, “The
Version of the Gospels Used in Medina Circa 700 A.D.,” Al-Andalus 15 (1950): 289–96 (quoted in Ibn Warraq, Virgins?, 50).
18 Foss, Arab-Byzantine Coins, 34.
19 Ibid., 47.
20 See Donner, Muhammad and the Believers.
21 Popp, “The Early History of
Islam,” 34–36.
22 Foss, Arab-Byzantine Coins, 118.
23 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 377.
24 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 383.
25 Yazid was famous as a
falconer, and the ruler on this coin is depicted with a bird on his wrist.
Foss, Arab-Byzantine Coins, 48.
26 See Christoph Luxenberg, “A
New Interpretation of the Arabic Inscription in Jerusalem's Dome of the Rock,”
in Ohlig and Puin,
The Hidden Origins of Islam.
27 Estelle Whelan, “Forgotten
Witness: Evidence for the Early Codification of the Qur'an,” Journal of the American Oriental Society, 118 (1998): 1–14, reprinted at http://www.islamic-awareness.org/History/Islam/Dome_Of_The_Rock/Estwitness.html. The bracketed material is in the translation
of the inscription as Whelan published it and has not been added by the present
author. For more on the Dome of the Rock inscription, see Oleg Grabar, The Dome of the Rock (Cambridge, MA: Harvard University Press, 2006),
and Donner, Muhammad and the
Believers. The Qur'an quotations are
as in Whelan's translation.
28 Whelan, “Forgotten
Witness,” reprinted at http://www.islamicawareness.
org/History/Islam/Dome_Of_The_Rock/Estwitness.html.
29 Luxenberg, “A New
Interpretation,” 130.
30 Ibid., 128–29.
31 See Karl-Heinz Ohlig,
“Syrian and Arabian Christianity and the Qur'an,” in Ohlig and Puin, The Hidden Origins of Islam, 361–402.
32 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 411.
33 Foss, Arab-Byzantine Coins, 59.
34 Ibid., 110.
35 Hoyland, Seeing Islam, 553.
36 Foss, Arab-Byzantine Coins, 60.
37 Hoyland, Seeing Islam, 551.
38 John bar Penkaye, Ktaba d-rish melle, 155/183, in Sebastian P. Brock, trans., “North
Mesopotamia in the Late Seventh Century:
Book XV of John bar Penkaye's Ris Melle,” Jerusalem Studies in Arabic and Islam 9 (1987), 64 (quoted in Hoyland, Seeing Islam, 552).
39 Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 250–51.
40 Foss, Arab-Byzantine Coins, 63, 65.
41 Mingana, “The Transmission
of the Koran,” 102–3.
42 Fred M. Donner, “The Qur'an
in Recent Scholarship,” in Gabriel Said Reynolds, ed., The Qur'an in Its Historical Context (New York: Routledge, 2008), 35–36.
43 Ali al-Samhudi, Wafa al-Wafa bi-akhbar dar al-Mustafa , ed. Muhammad Muhyi I-Din Abd al-Hamid (Cairo,
1955; repr. Beyrouth: Dar al-Kutub al-Ilmiyya, 1984), 4 parts in 3 vols.
(quoted in Alfred-Louis de PrĂ©mare, “‘Abd al-Malik b. Marwan and the Process of
the Qur'an's Composition,” in Ohlig and Puin, The Hidden Origins of Islam, 205).
44 Ibn Hajar, Tahdhib, 2:185n388 (quoted in PrĂ©mare, “Abd al-Malik b. Marwan,” 199).
45 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 387, 389.
46 Quoted in Nevo and Koren, Crossroads to Islam, 397.