Bab 3
MENGARANG-NGARANG MUHAMMAD
Jika Muhammad Tidak Benar-benar Hidup,
Maka Ia Perlu Dikarang-karang
Dari uraian bab sebelumnya maka
jelaslah bahwa apabila kita melacak jejak sejarah Islam awal, maka catatan
sejarah, baik itu berasal dari pihak Arab Penakluk dan dari kaum-kaum yang
ditaklukan oleh mereka, keduanya benar-benar samar. Alih-alih apa yang kita
mungkin berharap untuk temukan – suatu penggambaran para pejuang Muslim yang
berteriak “Allahu akbar” sambil menyebut nama Muhammad dan mengutip-kutip
Qur’an, justru kita hampir tidak menemukan kehadiran Qur’an, Muhammad, atau
Islam sama sekali. Para penguasa Arab, sambil memposiskan mereka sebagai “hamba
Allah” atau “agen Allah” (kalifat Allah) dan “pemimpin kaum beriman” tetaplah
mereka samar tentang isi dari pengakuan keimanan mereka dan tidak menyebutkan
apapun tentang seorang tokoh yang diduga sebagai pendiri agama mereka atau
tentang kitab sucinya selama berpuluh-puluh tahun setelah masa awal penaklukan
dan mencaplok bagian besar kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Peracikan rasa ingin tahu ini akan
menggoyang fondasi goyah dari kesejarahan Hadis, yakni catatan tentang ucapan
dan perbuatan Muhammad yang bervolume-volume jumlahnya. Pentingnya peranan
Hadis dalam Islam tidak bisa dibesar-besarkan lagi. Ketika para ulama
menganggap kisah-kisah dalam Hadis sebagai otentik atau sahih, maka Hadis
menempati urutan kedua sesudah Qur’an. Bersama-sama dengan Qur’an yang dicoba
dijelaskannya, Hadis membentuk dasar hukum Islam dan prakteknya perihal ketaatan
relijius individu dan pemerintahan negara Islam. Dan pada kenyataannya, begitu
banyak bagian dalam Qur’an yang tidak jelas dan buram, dan hanya bisa dijelaskan
oleh Hadis, sehingga secara fungsional, jika tidak secara resmi dikatakan,
Hadis adalah otoritas resmi dalam Islam.
Dengan demikian Hadis menjadi sebuah
kebutuhan. Hadis adalah prisma yang darinya sebagian besar Muslim memahami Qur’an.
Menurut tradisi Islam, kisah-kisah dalam Hadis memperjelas kutipan-kutipan ayat
dalam yang samar dalam Qur’an dengan menyediakan asbab an-nuzul, atau latar
belakang turunnya wahyu. Ini adalah cerita-cerita tentang kapan, dimana dan
mengapa Muhammad diberikan ayat-ayat tertentu – biasanya dalam rangka untuk
memecahkan persoalan sengketa di kalangan umat Islam, atau untuk menjawab
pertanyaan yang salah seorang umat ajukan kepada sang Nabi Islam.
Beberapa hadis cukup jelas.
Dalam salah satu hadis, Ibnu Abbas, nenek moyang dari Bani Abbasiyah dan juga sahabat
Muhammad, ingat bahwa perintah Al-Qur'an untuk “mematuhi Allah, dan taatilah
Rasul, dan mereka yang ditunjuk dengan wewenang di antara kamu” (QS 4:59) diturunkan kepada Muhammad “sehubungan
dengan Abdullah bin Qais bin Hudhafa bin Adi, ketika Nabi menunjuknya sebagai komandan
sebuah Sariya (tentara unit).” [1] Penjelasan untuk ayat ini
bisa saja masuk akal, tetapi konteks dan pengaturannya seluruhnya dipaksakan:
tidak ada dalam ayat Al-Qur'an yang mengacu pada penunjukan khusus oleh
Muhammad, penjelasan serupa bisa dengan mudah merujuk kepada sejumlah insiden yang
sama.
Hal yang sama dapat
dikatakan terhadap penjelasan ayat Qur'an yang mencela orang-orang munafik: “Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al Kitab(Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?” (2:44). Menurut salah satu hadis, Ibnu Abbas menjelaskan, “Hal
ini terungkap tentang orang Yahudi Madinah,” yang akan “memerintahkan
orang-orang untuk mengikuti Islam sementara berpantang diri dari melakukannya.” Ayat ini tentu bisa mengacu pada Yahudi
Madinah yang memerintahkan orang lain mengikuti Muhammad, sedangkan mereka
sendiri tidak melakukannya. Tetapi tidak ada indikasi internal mengenai hal itu.
Penjelasan yang lebih rumit
dapat ditemukan untuk QS 5:67: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan kamu tidak menyampaikan
amanatNya. Allah memelihara kamu dari manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir.”
Cendekiawan Qur'an abad
kesebelas al-Wahidi (w.1075), yang mengumpulkan latar belakang kejadian
pewahyuan menerbitkannya bersama-sama
dalam sebuah buku, Asbdb an-Nuzul,
mengutip sebuah hadis yang menyatakan bahwa ayat ini diturunkan karena
kekhawatiran yang Muhammad rasakan. Hadis ini mengatakan bahwa al-Hasan, salah
seorang sahabat Muhammad, melaporkan: “Nabi, Allah memberkati dia dan
memberinya kedamaian, berkata: ‘Ketika Allah, ditinggikanlah Dia, mengirimi aku
pesan-Nya, aku merasa ditindas oleh hal itu, karena aku tahu bahwa beberapa
orang akan menyebutnya kebohongan.' Rasulullah, Allah memberkatinya dan
memberinya damai, khawatir akan kaum Quraisy, Yahudi dan Kristen, sehingga
Allah, ditinggikanlah Dia, mewahyukan ayat ini.”
Namun Al-Wahidi juga melaporkan bahwa
seorang Muslim lain, Abu Said al-Khudri, menceritakan cerita berbeda tentang
latar belakang ayat tersebut, yakni ayat tersebut “diwahyukan di hari ‘Ghadir
Khumm’ tentang Ali ibn Abi Talib, semoga Allah disenangkan dengannya.” Kaum
Syiah senang bahwa di tahun terakhir dalam kehidupannya, Muhammad, ketika dalam
perjalanan menuju Madinah, berhenti di “Ghadir Khumm,” kolam Khumm, dekat kota
al-Juhfah di Arab, dan menyampaikan kotbah dimana ia menunjuk menantunya’ Ali
bin Abi Talib, penggantinya, atau terindikasi menjadi penggantinya, dengan
menggandeng tangannya, bahwa ia menginginkan Ali menjadi penggantinya.
Menurut berbagai hadis, istri favorit
Muhammad, Aisha, dan Ali telah berselisih sejak Ali memperlakukannya secara tak
acuh ketika dia dituduh berzinah; beberapa dekade kemudian, pasukan mereka
benar-benar bentrok dalam Pertempuran Unta.
Dan setelah menyoal penjelasan Syiah tentang
ayat tersebut, al-Wahidi justru mengutip Aisha yang menawarkan penjelasan
tentang ayat ini yang tidak ada hubungannya dengan Ali: “Sang Rasul Allah, Allah
memberkati dia dan memberinya kedamaian, begadang semalaman, sehingga aku
berkata: ‘Apa yang terjadi, wahai Rasulullah?' Lalu dia berkata:' Tidakkah ada
orang benar yang akan berdiri untuk mengawasi kita malam ini?’ Kemudian kami
mendengar keributan yang disebabkan oleh senjata, dan Rasulullah bertanya: ‘Siapa
di sana?’ ‘Ini adalah Sa'ad dan
Hudhayfa, kami datang untuk berjaga-jaga atas Anda, Maka datanglah responsnya.
Sang Utusan Allah, Allah memberkatinya
dan memberinya kedamaian, pergi tidur, dan ia tidur begitu dalam sehingga aku
mendengar dengkurannya, ayat ini kemudian terungkap. Rasul Allah, Allah
memberkati dia dan memberinya kedamaian, kemudian muncul kepalanya keluar dari
kerah jubah-Nya dan berkata: 'Wahai manusia, Kalian dapat pergi, karena Allah
telah melindungi saya.’”
Akhirnya, al-Wahidi mengutip Ibnu
Abbas, yang memberikan penjelasan yang sama: “Rasulullah, Allah memberkati dia
dan memberinya kedamaian, terbiasa untuk dijaga. Abu Thalib biasanya mengirim setiap harinya orang-orang dari Bani
Hasyim untuk menjaga dia sampai ayat ini diturunkan (O Sang Utusan! Biarlah
diketahui apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu) sehingga turunlah firman-Nya
(Allah akan melindungi engkau dari manusia). Maka ketika pamannya ingin
mengirim kepadanya beberapa orang untuk melindungi dirinya, ia berkata: ‘Wahai
paman! Sesungguhnya Allah telah melindungiku dari jin dan manusia.’” [3]
Banyaknya penjelasan yang berbeda-beda
tentang ayat ini menunjukkan tidak adanya keaslian dari mereka. Jika salah satu dari keempat penjelasan dari
ayat itu benar, dan dengan itu sama tuanya dengan ayat itu sendiri, sulit untuk
memahami bagaimana penjelasan-penjelasan lain bisa muncul atau, jika mereka
diformulasikan untuk alasan politik, bagaimana mereka akan memperoleh
kepercayaan yang luas. Jelaslah bahwa tidak ada yang benar-benar tahu keadaan
dari ayat tersebut, sehingga cerita-cerita dikarang-karang untuk untuk
menjelaskannya.
Kisah-kisah tentang sebab turunnya
ayat-ayat Qur’an umumnya muncul terlambat, dengan hadis yang berasal dari abad
kesembilan. Tidak ada bukti sejaman dengan Al Qur'an yang menjelaskan
asal-usulnya. Sehubungan dengan itu, bisa jadi kisah-kisah ini dikarang-karang untuk
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, bukan benar-benar menyajikan keadaan historis
wahyu kepada Muhammad.